Saturday, April 26, 2014
Kisah Anak Kucing
Seekor anak kucing yang kecil comel sedang berjalan-jalan di
ladang pemiliknya. Ketika dia mendekati kandang kuda, dia mendengar binatang
besar itu memanggilnya. “Kamu mesti masih baru di sini, cepat atau lambat kamu
akan mengetahui bahawa pemilik ladang ini mencintai saya lebih dari binatang
lainnya. Kerana saya mampu mengangkut banyak barang untuknya, saya kira
binatang sekecil kamu tidak akan bernilai sama sekali baginya”, ujarnya dengan
sinis.
Kucing kecil itu menundukkan kepalanya dan pergi. Tapi, dari
kandang sebelah, ia mendengar suara seekor lembu. “Saya adalah binatang yang
paling terhormat di sini sebab puan di sini membuat keju dan mentega dari susu
saya. Kamu tentu tidak berguna bagi keluarga di sini”, dengan nada mencemuh.
Belum lagi kesedihannya hilang, ia mendengar teriakan
biri-biri. “Hai lembu, kedudukanmu tidak lebih tinggi dari saya. Aku memberi
bulu kepada pemilik ladang ini. Saya memberi kehangatan kepada seluruh
keluarga. Tapi kata-katamu soal kucing kecil itu, memang benar. Dia sama sekali
tidak ada manfaatnya di sini.”
Satu demi satu binatang di situ ikut serta dalam pencemuhan
itu, sambil menceritakan betapa tingginya kedudukan mereka di ladang itu. Ayam
pun berkata bagaimana dia telah memberikan telur, Semua binatang sepakat kalau
si kucing kecil itu adalah makhluk tak berguna dan tidak sanggup memberikan
sumbangan apapun kepada keluarga itu.
Terkesan oleh kecaman binatang-binatang lain, kucing kecil
itu pergi ke tempat sepi dan mulai menangis menyesali nasibnya. Sedih rasanya,
sudah yatim piatu, dianggap tak berguna, disingkirkan dari pergaulan pula…
Ada seekor kucing tua di situ mendengar tangisan tersebut,
lalu mendengar keluh kesah si kucing kecil itu. “Saya tidak dapat memberikan
sumbangan kepada keluarga di sini, sayalah haiwan yang paling tidak berguna di
sini…”
Terharu, kucing tua berkata, “Memang benar bahwa kamu
terlalu kecil untuk menarik pedati. Kamu tidak berupaya memberikan telur, susu
ataupun bulu. Tetapi bodoh sekali jika kamu menangisi sesuatu yang tidak mampu
kamu lakukan. Kamu harus menggunakan kemampuan yang diberikan oleh Tuhan untuk
membawa kegembiraan.”
Malam itu ketika pemilik ladang baru pulang dan kelihatan
amat lelah Kerana perjalanan jauh di panas terik matahari, kucing kecil itu
lari menghampirinya, menjilat kakinya dan melompat ke pelukannya. Sambil
menjatuhkan diri ke tanah, pemilik ladang dan kucing kecil itu berguling-guling
di rumput disertai tawa ria.
Akhirnya pemilik ladang itu memeluk dia erat-erat dan
mengelus-elus kepalanya, dan berkata, “Meskipun saya pulang dalam keadaan
letih, tapi rasanya semua jadi senang, bila kau menyambutku semesra ini.
Kamulah yang paling berharga di antara semua binatang di ladang ini. Kamu
kecil, tapi sangat mengerti ertinya kasih…”
Moral:
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment