Friday, May 30, 2014
Winner Vs Loser
The winner is always part of the answer; The loser is always
part of the problem.
The winner always has a program; The loser always has an
excuse.
The winner says, “Let me do it for you“; The loser says,
“That is not my job.”
The winner sees an answer to every problem; The loser sees a
problem for every answer.
The winner says, “It may be difficult but it is possible;
The loser says, “It may be possible but it is too difficult.”
When a winner makes a mistake, he says, ”I was wrong”; When
loser makes a mistake, he says, ”It wasn’t my fault.”
A winner makes commitments; A loser makes promises.
Winners says,” I must do something”; Losers says, “Something
must be done”.
Winners are a part of the team; Losers are apart from the
team.
Winners see the gain; Losers see the pain.
Winners see possibilities; Losers see problems.
Winners believe in win- win; Losers believe for them to win
someone has to lose.
Winners see the potential; Losers see the past.
Winners are like a thermostat; Losers are like thermometers.
Winners choose what they say; Losers says what they choose.
Winners use hard arguments but soft words; Losers use soft
arguments but hard words.
Winners stand firm on values but compromise on petty things;
Losers stand firm on petty things but compromise on values.
Winners follow the philosophy of empathy: “Don’t do to
others what you would not want them to do you“; Losers follow the philosophy: ”Do
it to others before they do it to you.”
Winners make it happen; Losers let it happen.
Winners plan and prepare to win. The key word is
preparation.
Monday, May 26, 2014
Every person’s deeds are in his own hands!
Once upon a time there was a man who had a big garden. He
had planted many fruit trees and cared for them till they bear fruits. Now he
wanted to pick up the fruits and sell them to make money for his family.
One fine day while picking fruits with his son, the man saw
a stranger sitting on the branch of a tree and picking the fruits. This man
become angry and shouted, “Hey you! What are you doing on my tree? Aren’t you
ashamed of stealing fruits in the day time?”
The stranger on the branch just looked at the gardener but
didn’t reply, and continued picking the fruits. The gardener was very angry and
shouted again, “For a whole year I have taken care of these trees, you have no
right to take the fruits without my permission so come down at once!”
The stranger on the tree answered, “Why should I come down?
This is the garden of God and I am the servant of God, so I have the right to
pick these fruits and you should not interfere between the work of God and his
servant.” The gardener was very surprised at this answer and thought of a plan.
He called his son and said, “go bring a rope and get this
man down from the tree.” His son brought the rope and the gardener ordered him
to tie the stranger to the tree. The gardener then took a stick and started to
beat the stranger. The stranger began to scream. “Why are you beating me? You
have no right to do this.”
The gardener paid no attention and continued beating him.
The stranger screamed, “Don’t you fear God, you are beating an innocent man?
The gardener answered, “Why should I fear? This wood in my hand belongs to God
and I am too the servant of God, so I have nothing to fear, and you shouldn’t
interfere with the work of God and his servant.”
The stranger hesitated and then spoke, “Wait don’t beat me,
I am sorry for taking the fruits. This is your garden and I should seek your
permission before taking the fruits. So, please forgive and set me free.”
Sunday, May 25, 2014
Monday, May 19, 2014
Keutamaan Memberi
Kita kadangkala lupa untuk menghargai kaum kerabat,
saudara-mara, jiran tetangga dan juga teman-teman yang ada disekeliling kita.
Pernahkah kita sedar bahawa setiap orang yang hadir dalam hidup kita telah
menambah erti kehidupan pada diri kita? Kita telah menemui pelbagai jenis ragam
manusia yang adakalanya menggembirakan, adakalanya menyakitkan dan mungkin juga
mengecilkan hati kita. Namun sebenarnya kita telah pelajari sesuatu dari sebuah
kehidupan.
Pernahkah kita menghargai kehadiran mereka dalam kehidupan
kita dengan memberikan sesuatu kepada mereka. Betapa indahnya sebuah pemberian
yang penuh dengan keikhlasan. Pasti yang menerimanya juga akan merasakan
keikhlasan kita itu. Kadang-kadang kita memberi, kadang-kadang kita pula
menerima, Konsepnya sama, memberi dengan ikhlas, menerimanya juga dengan
ikhlas. Bukan setiap masa kita memberi, dan bukan setiap masa kita menerima.
Dalam persahabatan umpamanya kita perlu belajar umpamanya
kita perlu belajar memberi dan menerima. Memberilah sekadar termampu,
memberilah ketika kita masih boleh memberi. Usah pedulikan cacian mereka
disekeliling. Percayalah orang yang memberi akan lebih gembira dari yang
menerimanya.
Hadiah bermaksud sesuatu pemberian sebagai tanda
penghargaan, kasih sayang atau pujian kepada seseorang. Hukum memberikan hadiah
adalah sunat. Daripada Abu
Hurairah r.a, katanya Rasulullah S.A.W bersabda: "Saling memberikan hadiah
di antara kamu nescaya kamu akan berkasih sayang." (HR : At-Tabrani)
Adab Memberi (Sedekah, hadiah, hibah dan lain-lain)
1. Niat kerana Allah SWT semata, tiada niat yang lain.
2. Pemberian itu membawa manfaat kepada si penerima.
3. Pemberian diberikan dengan cara yang sebaik-baiknya.
4. Tidak mengharapkan apa-apa balasan.
Adab Menerima (Sedekah, hadiah, hibah dan lain-lain)
1. Tunjukkan rasa gembira ketika menerima bantuan dan hadiah
sebagai tanda suka dan menghargainya sama ada nilai pemberian itu kecil atau
besar.
2. Berdoa untuknya mudah-mudahan dia dimurahkan rezeki agar
dapat membantu lebih ramai orang lagi dan diberi kebaikan hidup di dunia dan
akhirat.
3. Tanamkan azam untuk membalas kebaikan itu.
Kelebihan Memberi (Sedekah, hadiah, hibah dan lain-lain)
1. Mendapat ganjaran baik daripada Allah SWT.
2. Mereka yang suka memberi akan dimurahkan rezekinya
hidupnya sentiasa berada dalam keberkatan Allah. Malah pemberian itu akan
digantikan dengan yang lebih baik.
3. Dapat meringankan beban mana-mana individu dan anggota
masyarakat yang berhajat dan memerlukan.
4. Menghapuskan dosa-dosa orang yang memberi.
5. Disukai oleh manusia. Tidak ada orang yang tidak sukakan
hadiah (pemberian percuma)
6 Mengeratkan silaturahim. Sikap suka memberi (sama ada atas
nama sedekah, hadiah, hibah atau sebarang bantuan dan pertolongan) dapat
mengeratkan ikatan ukhuwah islamiyah dan melahirkan kasih sayang.
Sabda baginda Rasulullah SAW yang bermaksud: "Janganlah
engkau menghina seorang jiran yang menghadiahkan kepada jirannya walaupun hanya
dengan kuku kambing." (HR : Muslim)
Islam sangat menggalakkan umatnya untuk saling memberi
hadiah. Berusahalah untuk lebih banyak memberi daripada hanya mengharap menerima
pemberian orang lain. Terimalah juga dengan jiwa yang besar, jangan merasa
sakit hati, tapi bertekadlah dalam hati untuk berusaha membalas pemberian
tersebut kepadanya dengan lebih baik.
Dalam hidup ini kita perlu banyak memberi untuk banyak
menerima. Memberi juga jangan mengharap balasan kerana pulangan sudah
dijanjikan-Nya. Bagaimana, bila dan bentuk pulangannya terpulang kepada Allah
SWT dan bergantung kepada keikhlasan ketika kita memberi.
Pulangannya tidak semestinya dalam bentuk mata wang sahaja,
mungkin dalam bentuk-bentuk seperti;
1) Rasa gembira dan tenang bila melakukan kebaikan.
2) Keluarga yang sakinah
3) Anak-anak yang bijak dan soleh
4) Rezeki yang mudah, kalau ada masalah pun diberikan Allah
jalan keluar penyelesaiannya.
5) Sentiasa ditemukan dengan orang yang baik-baik.
Sunday, May 18, 2014
Comfort Zone
Baru-baru ini saya terbaca satu artikel tulisan seorang
sahabat, Saranjit. Saya begitu teruja dengan idea yang diutarakan oleh beliau.
Simple tetapi amat relevan dalam dunia sekarang.
Atas sebab itu saya mesti share tulisan beliau itu di laman
ini guna untuk panduan masa depan. Mari kita ikuti tulisan sahabat saya ini …
The one thing which can bring massive success to you…work
outside your comfort zone!
The number one thing I persistently see holding smart people
back (this includes me!) is their own reluctance to accept an opportunity
simply because they don’t think they’re ready.
In other words, they feel uncomfortable and believe they
require additional knowledge, skill, experience, etc. before they can aptly
partake in the opportunity. Sadly, this is the kind of thinking that stifles
personal growth and success.
The truth is nobody ever feels 100% ready when an
opportunity arises. Because most great opportunities in life force us to grow
emotionally and intellectually.
They force us to stretch ourselves and our comfort zones,
which means we won’t feel totally comfortable at first. And when we don’t feel
comfortable, we don’t feel ready.
Significant moments of opportunity for personal growth and
success will come and go throughout your lifetime. If you are looking to make
positive changes and new breakthroughs in your life, you will need to embrace
these moments of opportunity even though you will never feel 100% ready for
them.
So what's the one thing you are going to do now, which is
outside your comfort zone?
Tuesday, May 13, 2014
Hujung Dunia
Hidup ini singkat!
Hidup ini sementara!
Itu bermakna kita mesti
beri yang terbaik dalam hidup ini!
beri yang terbaik dalam hidup ini!
Kerana siapa?
Kerana Tuhan!
Kenapa?
Tanda syukur kepada Tuhan
kerana nikmat dalam hidup ini!
kerana nikmat dalam hidup ini!
Renungi berikut sebagai pedoman hidup ...
Moga Tuhan rahmati hidup kita :)
Saturday, May 10, 2014
Harga Diri
Sebelum memulakan seminar, Prof.Ibrahim mengeluarkan sehelai
wang kertas bernilai RM100 dari dompetnya. Kemudian wang itu ditayangkan kepada
50 orang pesertanya.
"Siapa nak duit ni?" tanya Prof Ibrahim.
Semua peserta mengangkat tangan.
"Saya akan berikan duit ini kepada salah seorang
daripada kamu, tapi izinkan saya membuat sesuatu dahulu ". Prof Ibrahim
meramas-ramas duit itu hingga renyuk.
Kemudian dia menunjukkan duit yang sudah renyuk itu dan
bertanya: "Ada sesiapa yang nak duit ini lagi?"
Hampir semua pesertanya mengangkat tangan. Prof Ibrahim
mengangguk dan mencebikkan bibir.
"Okey apa kata kalau saya buat macam ni?"
Duit RM100 itu dicampakkan dan di tenyeh-tenyeh dengan
kasutnya..Prof Ibrahim memungutnya semula lalu diletakkan di atas meja. Wang
kertas itu bukan sahaja renyuk tetapi juga kotor.
"Sekarang siapa nak duit ni?" tanya Prof Ibrahim.
Selesai dia bertanya, lebih separuh daripada jumlah
pesertanya masih mengangkat tangan."Okay, apa yang boleh kita kutip
daripada peristiwa itu tadi?" tanya Prof. Ibrahim lagi.
Pesertanya hanya diam, dan sesetengahnya hanya menggelengkan
kepala. Mereka masih tidak dapat menangkap apa yang cuba disampaikan oleh Prof
Ibrahim.
"Walau apapun yang saya lakukan pada duit ini, kamu
tetap akan mahukannya. Betul tak? Kamu tahu kenapa? Kerana nilainya tidak
berubah walaupun dipijak dan ditenyeh dengan kasut."
"RM100 tetap RM100 walaupun 10 kali dipijak." kata
Prof.Ibrahim. Semua peserta yang mendengar kata-katanya hanya tersenyum.
Prof Ibrahim mengaitkan peristiwa itu dengan kehidupan
seharian. Sering kali di dalam hidup, setiap orang akan merasai kejatuhan, hati
hancur, ataupun dihina. Hinggakan suatu ketika kita akan merasa diri kita tidak
berguna langsung.
"Tetapi walau apapun yang telah terjadi, ataupun yang
akan terjadi, anda tidak akan hilang harga diri. Bersih atau kotor, renyuk atau
licin, anda tetap berharga terutama pada mereka yang disayangi."
"Harga diri kita bukan datang daripada apa yang kita
lakukan atau siapa yang kita kenal tapi siapa sebenarya kita?" jelas Prof
Ibrahim.
Semua peserta ternganga mendengar penerangan profesor itu
dan mereka lantas mengiyakan kebenaran kata-kata profesor itu.
Moral: Harga diri kita bukan datang daripada apa yang kita
lakukan atau siapa yang kita kenal tapi siapa sebenarya diri kita.
Monday, May 5, 2014
Friday, May 2, 2014
The Four Dolls
A wise man presented a prince with a set of three small
dolls. The prince was not amused.
“Am I a girl that you give me dolls?” he asked.
“This is a gift for a future king,” Said the wise man. “If
you look carefully, you’ll see a hole in the ear of each doll.
”The wise man handed him a piece of string. “Pass it through
each doll.” he said.
Intrigued, the prince picked up the first doll and put the
string into the ear. It came out from the other ear. “This is one type of
person,” said the wise man, “whatever you tell him, comes out from the other
ear. He doesn’t retain anything.”
The prince put the string into the second doll. It came out
from the mouth. “This is the second type of person,” said the wise man,
“whatever you tell him, he tells everybody else.”
The prince picked up the third doll and repeated the
process. The string did not come out. “This is the third type of person,” said
the wise man, “whatever you tell him is locked up within him. It never comes
out.”
“What is the best type of person?” asked the prince.
The wise man handed him a fourth doll, in answer. When the
prince put the string into the doll, it came out from the other ear. “Do it
again.” said the wise man.
The prince repeated the process. This time the string came
out from the mouth. When he put the string in a third time, it did not come out
at all.
“This is the best type of person,” said the wise man. “To be
trustworthy, a man must know when not to listen, when to remain silent and when
to speak out.”
Thursday, May 1, 2014
Subscribe to:
Posts (Atom)