Ada seorang pedagang kaya yang merasa dirinya tidak bahagia. Dari pagi-pagi buta, dia telah bangun dan mulai bekerja. Siang hari bertemu dengan orang-orang untuk membeli atau menjual barang. Hingga malam hari , dia masih sibuk dengan buku catatan dan mesin hitungnya. Menjelang tidur, dia masih memikirkan rencana kerja untuk keesokan harinya. Begitu hari-hari berlalu.
Thursday, August 20, 2015
Pedagang Kaya yang tidak Bahagia
Ada seorang pedagang kaya yang merasa dirinya tidak bahagia. Dari pagi-pagi buta, dia telah bangun dan mulai bekerja. Siang hari bertemu dengan orang-orang untuk membeli atau menjual barang. Hingga malam hari , dia masih sibuk dengan buku catatan dan mesin hitungnya. Menjelang tidur, dia masih memikirkan rencana kerja untuk keesokan harinya. Begitu hari-hari berlalu.
Suatu pagi sehabis mandi, saat bercermin dirinya, tiba-tiba
dia terperanjat menyedari rambutnya mulai menipis dan berwarna putih. “Ahh ...
Aku sudah tua. Setiap hari aku bekerja, telah menghasilkan kekayaan begitu
besar! Tetapi kenapa aku tidak bahagia? Ke mana aku selama ini?”
Setelah menimbang, si pedagang memutuskan untuk pergi
meninggalkan semua kesibukannya dan melihat kehidupan di luar sana. Dia
berpakaian seperti rakyat biasa dan melawat ke tempat keramaian.
“Aduh, hidup begitu susah, begitu tidak adil! Kita telah
bekerja dari pagi hingga petang, tetapi tetap saya miskin” terdengar sebahagian
penduduk berkeluh kesah.
Di tempat lain, dia mendengar seorang saudagar kaya;
walaupun hartanya lebih dari mencukupi, tetapi tampak sedang sibuk berkata-kata
kotor dan memaki dengan garang. Tampaknya dia juga tidak bahagia.
Si pedagang meneruskan perjalanannya hingga tiba di tepi
sebuah hutan. Saat dia berniat untuk beristirehat sejenak di situ, tiba-tiba dia
terdengar gerak langkah seseorang dan teriakan lantang, “Oh Tuhan!, terima
kasih. Hari ini aku telah mampu menyelesaikan tugasku dengan baik. Hari ini aku
dapat pula makan dengan kenyang dan nikmat. Terima kasih Tuhan, Engkau telah membimbing
aku dalam setiap langkahku. Dan sekarang, saatnya hambamu hendak beristirehat.”
Setelah terpegun beberapa saat dan menyemak suara lantang
itu, si pedagang bergegas mendatangi asal suara tadi. Terlihat seorang pemuda
berbaju lusuh telentang di atas rumput. Matanya terpejam. Wajahnya begitu
bersahaja.
Mendengar suara di sekitarnya, dia terbangun. Dengan
tersenyum dia menyapa ramah, “Hai, Pak Tua. Silakan beristirehat di sini.”
“Terima kasih, Anak Muda. Boleh pakcik bertanya?” tanya si
pedagang.
“Silakan.”
“Apakah kerjamu setiap hari seperti ini?”
“Tidak, Pak Tua. Aku tidak peduli apapun pekerjaan itu,
asalkan setiap hari aku mampu bekerja dengan sebaik-baiknya dan pastinya aku
tidak harus mengerjakan hal sama setiap hari. Aku senang, orang yang ku bantu
senang, orang yang membantuku juga senang, pasti Tuhan juga senang dengan aku.
Ya kan? Dan akhirnya, aku perlu bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan atas
semua pemberiannya ini”.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment