Tuesday, September 15, 2015
Kisah Dua Batang Kayu
Alkisah seorang tukang pahat akan membuat sebuah karya pahat
bercitarasa seni yang tinggi dengan bahan sebatang kayu jati. Sambil
mengarahkan mata pisau tatahnya sang pemahat berkata,” Wahai, batang kayu,
izinkanlah aku memahatmu menjadi sebuah benda seni.”
Batang kayu pun menjawab,”Silakan Pemahat.”
Begitu mata pisau tatah mengenai batang kayu , maka
menjeritlah batang kayu itu,”Aduh!, Aduh! … sakit sekali wahai pemahat. Sakit
sekali rasanya badanku.”
Sang pemahat menghibur batang kayu tersebut,”Bersabarlah,
bertahanlah…sebentar saja aku menyakiti dirimu wahai batang kayu. Sang pemahat
pun mulai meneruskan pekerjaannya. Namun lagi-lagi batang kayu itu
menjerit,”Aduh!Aduh!Sakit sekali … Ampuuun! Sudah, sudah. Sudahi saja niatmu
pemahat. Aku sudah tidak tahan lagi!”
Meskipun ia menghiburnya, namun batang kayu tersebut tetap
tidak merelakan badannya dipahat sehingga akhirnya ia mengurungkan niatnya.
Batang kayu itupun ditinggalkan tergolek begitu saja.
Sang pemahat akhirnya mengambil batang kayu yang lainnya
lalu meletakkan di meja tatakan. Kembali ia berkata,”Wahai batang kayu
ijinkanlah aku memahat dirimu untuk kujadikan benda seni.”
“Silakan,wahai pemahat,”jawab batang kayu kedua.
Begitu mata pisau tatah mengenai batang kayu , maka menjeritlah
batang kayu itu,”Aduh!, aduh! … sakit sekali wahai pemahat.Sakit sekali rasanya
badanku.”
Sang pemahat menghibur batang kayu tersebut,”Bersabarlah,
bertahanlah … sebentar saja aku menyakiti dirimu wahai batang kayu. Sang
pemahat pun mulai meneruskan pekerjaannya. Namun kali ini batang kayu
kedua patuh terdiam sambil menahan
sakit. Sang pemahat tersenyum sambil meneruskan pekerjaannya.
Akhirnya selesailah sudah karya pahat tersebut.
Beberapa orang yang lewat di tempat sang pemahat begitu
melihat karya pahat itu langsung tertarik dan mendekat.
“Sungguh luar biasa indahnya! Karya pahat citarasa seni
yang tinggi.Wah, karya monumental … begitulah ungkapan kekaguman orang-orang itu sambil tangan mereka memegang
dan mengelus batang kayu kedua yang telah menjadi benda seni.Tentu saja batang
kayu kedua merasa bangga dan tersanjung. Sedangkan batang kayu pertama yang
tidak tahan ditatah kini malah diduduki para pengunjung. Ia dijadikan tempat
duduk.
Malam harinya setelah tempat tersebut sunyi, berkatalah
batang kayu pertama,” Ini tidak adil, sungguh tidak adil.Mengapa orang-orang
mengagumimu, sedang aku hanya dijadikan tempat duduk. Padahal kita sama-sama
kayu yang berasal dari tempat yang sama”
Batang kayu kedua menjawab sambil
tersenyum,”Saudaraku,mengapa kemarin kamu menolak ketika akan dipahat? Sekarang
kamu malah tidak terima.”
“Tentu saja aku menolak kerana tubuhku sakit semua ketika
terkena mata pisau pemahat,”
“Itulah. Mengapa kamu tidak diam saja dan bertahan dari rasa
sakit sepertiku sehingga pemahat tidak mencampakanmu?”
“Keterlaluan mereka. Mengapa malah menjadikanku sebagai
tempat duduk mereka, sungguh sebuah pelecehan”
“Jangan begitu saudaraku, sekecil apapun sungguh engkau
telah berguna bagi mereka.”
“Huh! Hanya sebagai alas duduk kau bilang berguna? Tidak!
Aku ingin dikagumi seperti dirimu.”
Demikianlah sampai pagi menjelang percakapan berlangsung
antara kayu pertama yang selalu menggerutu dan kayu kedua yang sabar dan
bijaksana.
Renungan:
Sahabat, dalam kehidupan ini kadang kita tidak cukup kuat
untuk menahan sakit, kesulitan dan penderitaan atau menghadapai tentangan. Kita
kadang-kadang terlalu cepat menyerah, menggerutu dan putus asa. Padahal segala
rasa sakit, kesulitan dan penderitaan tadi jesteru menjadikan diri kita menjadi
insan yang lebih dewasa, lebih tangguh, lebih bijak, lebih mulia dan lebih
berharga. Sikap cepat menyerah hanya menyisakan kegagalan dan kekecewaan saja.
Jangan cepat menyerah sahabat!
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment