Wednesday, June 1, 2016
Perumpamaan Tentang Hidup Part 2
Hidup itu
seperti air. Seperti air yang menyegarkan tanah kering dan menumbuhkan tunas
baru, seperti itulah kita seharusnya. Menjadi motivator bagi orang lain,
membawa suka cita bagi orang lain dan mendatangkan berkat setelah diberkati.
Seperti air yang menyesuaikan diri di berbagai wadah, seperti itulah kita harus
berusaha menyesuaikan diri di berbagai lingkungan dan kondisi. Seperti air yang
mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah, seperti itulah harusnya
diri kita, ikut merendah jika orang lain juga merendah. Tidak meninggikan diri
ketika orang lain berada di bawah, tidak semakin menaikkan dagu ketika orang
lain menyombongkan apa yang mereka miliki.
Hidup itu
seperti kincir angin yang berputar dan menghasilkan listrik. Demikian juga kita
di dalam kehidupan ini, terus berputar dari bawah ke atas kemudian kembali ke
bawah dan naik ke atas lagi sampai memberikan sebuah hasil. Di dalam kehidupan,
kita dibentuk oleh berbagai peristiwa, baik atau buruk. Dengan kegagalan dan
hal-hal buruk, kita belajar untuk bersikap lapang dada, sabar, kuat, tangguh
dan tidak mudah menyerah. Kita juga belajar untuk senantiasa bersyukur dan
bersukacita dalam segala hal, belajar untuk bertekun di dalam doa dan tetap berpengharapan.
Dengan keberhasilan dan hal-hal baik, kita belajar untuk bersyukur dan
bersukacita atas apa yang telah kita dapatkan, menjadi berkat setelah
mendapatkan berkat, berbagi kasih terhadap sesama, dan mengajak orang lain
turut serta bersukacita di dalam suka cita yang kita alami. Setelah mengalami
pembentukan di dalam kehidupan ini, kita memberikan hasil kepada orang lain,
kita menjadi manusia yang baru, menjadi manusia yang berkembang dan semakin
maju, menjadi manusia yang selalu bekerja keras dan mendatangkan hasil yang
maksimal.
Hidup itu
seperti sebuah lilin yang berkorban membakar dirinya sampai habis tak tersisa
untuk menciptakan terang. Meskipun api yang dihasilkannya tidak sebesar obor
dan tidak sehangat api unggun, namun cahaya kecil itu tetep menang dalam
mengalahkan kegelapan. Api kecil itu tetap memberikan cahaya dan kehangatan
serta sanggup menyalakan lilin-lilin yang lainnya. Demikian juga di dalam
hidup, kita mau atau tidak mau, suka atau tidak suka, siap atau tidak siap, harus
melakukan pengorbanan untuk orang lain, bahkan sampai harus mengorbankan
kepentingan diri kita sendiri. Dan di dalam hidup, kita juga harus menularkan
semangat positif, menghangatkan jiwa-jiwa yang rapuh, serta berbagi kasih
kepada orang lain seperti lilin yang menyalakan lilin-lilin lainnya. Sekecil
apapun api lilin yang menyala, akan sanggup mengalahkan kegelapan. Sekecil
apapun kebaikan yang kita perbuat, akan sanggup mengubah dunia dan menunjukkan
kepada dunia bahwa kita sanggup menjadi Terang Dunia.
Hidup itu
seperti melompati batu kecil dan batu besar. Setiap jenjang kehidupan memiliki
tingkat kesulitannya masing-masing. Jadi ketika kita berhasil, sesungguhnya
kita belum sepenuhnya berhasil, karena akan ada hambatan lain yang sedang menunggu
di depan kita, hambatan yang jauh lebih besar bila dibandingkan dengan hambatan
yang pernah kita lewati sebelumnya. Hambatan itu menunggu kita, ia menunggu
kita melompatinya agar kita meraih keberhasilan yang lainnya, keberhasilan yang
lebih besar bila dibandingkan dengan keberhasilan yang sebelumnya. Demikian
seterusnya sampai di suatu detik, jantung kita tidak lagi berdetak seiringan
dengan detak jam.
Hidup itu seperti sebuah buku. Sejak kita lahir ke dunia
ini, Buku Kehidupan kita masih putih bersih. Halaman pertama baru saja dibuka
untuk diisi dan dihias sedemikian rupa. Setiap kejadian yang kita alami di
dalam kehidupan ini akan dituliskan ke dalam Buku Kehidupan tersebut. Setiap
Buku Kehidupan masing-masing dari kita adalah berbeda, tergantung bagaimana
kita menuliskannya dengan rapih dan menghiasnya dengan indah. Setiap kita
memiliki tugas dan tanggung jawab yang berbeda di dalam kehidupan ini, setiap
kita memiliki jalan kehidupan masing-masing, setiap kita memiliki karakter dan sikap
yang berbeda dalam menentukan hidup. Ada yang bertanggungjawab terhadap
hidupnya dan ada yang melupakan hidupnya, ada yang menghargai hidupnya dan ada
yang membuat hidupnya menjadi sia-sia, ada yang mencintai hidupnya dan ada yang
membenci hidupnya. Ketika seorang manusia menghembuskan nafas terakhirnya, ia
menutup Buku Kehidupannya dan pergi jauh dari dunia ini. Ia tidak bisa lagi
merasakan kehidupan yang beraneka warna dan beraneka rasa. Maka ketika kamu
hidup, hiduplah di dalam kehidupanmu dan buatlah kehidupan orang lain menjadi
lebih hidup hingga saatnya Tuhan berkata “Waktunya pulang”.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment