Friday, August 30, 2019
31hb Ogos Tiba Lagi
Setiap kali tibamu Ogos
mengerling monumen yang lusuh dan tugu berdarah
dalam matang akal fikir
semangat dan kudrat masih berbaki
merisik khabar pejuang yang jauh
dalam lipatan darmawisata merdeka
mahalnya nostalgia.
Manis dan comelmu Ogos ini tiba jua
menyentak lolong makrifat membiak musim
ceriteranya berderai plotnya berkecai
mengirai skrip duga yang tak sudah
atas aspal fatamorgana bumi bertuah.
Ogos yang sujud di kaki merdeka
tanggal tiga puluh satumu tidak pernah hilang
tetap menyimpul senyum
meskipun termateri kenangan pahit
yang mahal dan cantik.
Hari ini mentari 31 Ogos memancar lagi
bersama gemersik angin di bumi bertuah
mendewasakan ukhuwah dan ummah
siap siaga warga berdaulat memahat sejarah
dalam tamadun bangsa yang gah.
Terima kasih pejuang tanah merdeka
terima kasih aduhai tanah airku Malaysia!
Pertama dan Terakhir
Jauh kita berjalan
mendukung semua kepercayaan
pertama dan terakhir
sekarang kita sampai
ke puncak tiada tercapai
keazaman pantang cair
Kita bersua hati
mengisi setiap janji
pertama dan terakhir
tiada hari kiranya
hingga bernanah dada
sumpah tiada termungkir
Gemuruh kita bersorak
bumi dan langit retak
pertama dan terakhir
berani kita bergerak
darah dan daging serentak
hingga ke saat akhir
padu kita berhasrat
hingga bumi kiamat
pertama dan terakhir
kuat jantung berdetak
untuk berpaling tidak
biar di gelegak air
Rela kita mengangkat
cita bangsa berdaulat
ke puncak murni berukir!
Tanahair
Engkau Tanah Air
pemilik perut yang berbudi
penampung hujan penyedut sinar mentari
lahirlah anakmu dari semaian petani
Engkau Ibu Murni
dengan jasa abadi
berdetik didenyut nafas kami
kerna kita satu sama dipunyai
Telah kau rasa
segala seperti kami
dalam ngeri perang dadamu dibongkar besi
di mana-mana wajahmu tak pernah mati
Tapi begitu
sejarah hidup zaman berzaman
pernah merangkul pahlawan kemerdekaan
mereka sujud dalam kaku
mohon perlindungan
Bukankah dengan
kasih dan harapan
kau tenggelamkan mereka dalam dakapan
di mana bunga ganti nisan bertaburan
Negara baru
di atas rongga jantungmu
akan tertegak bertapak dalam kebebasan
cinta antara kita wahyu dari Tuhan.
Jiwa Hamba
Menung seketika sunyi sejenak
kosong di jiwa tak berpenghuni
hidup terasa diperbudak-budak
hanya suara melambung tinggi
Berpusing roda, beralih masa
berbagai neka, hidup di bumi
selagi hidup berjiwa hamba
pasti tetap terjajah abadi
Kalau hidup ingin merdeka
takkan tercapai hanya berkata
tetapi cuba maju ke muka
melempar jauh jiwa hamba
Ingatan kembali sepatah kata
dari ucapan seorang pemuka
di atas robohan Kota Melaka
kita dirikan jiwa merdeka
Pahlawan!
Pahlawan!
Jika hilangmu tanpa pusara
jika pusaramu tanpa nama
jika namamu tanpa bunga
penjajah mengatakan kau derhaka
maka kaulah pahlawan sebenarnya.
Gema seabad silam
Inggeris datang meredah Pahang
bersama peluru bersama senapang
membunuh menangkap setiap pejuang
Sungai Semnatan berubah merah
bukan sarap hilir ke kuala
bukan rakt mudik ke hulu
arus merahnya menjulang mayat
pahlawan bangsa pahlawan rakyat
tujuh liang dadanya tersayat.
Pahlawan!
Untukmu derita untukmu penjara
bukan bintang tersemat di dada
semangatmu api negara berdaulat
namamu terukir di jantung rakyat.
Subscribe to:
Posts (Atom)