Tuesday, January 21, 2020
Beragama Syariat dan Hakikat
Syari’at itu adalah aturan, tatacara, prosedur. Intinya
adalah hakikat yaitu tujuan, inti, esensi, substansi. Kalau beragama hanya
syari’at, hidup ini capek dan repot. Yang namanya aturan atau tatacara pasti
banyak, tidak satu. Karena banyak cara, orang banyak yang menggunakan cara dan
aturan yang berbeda.
Disinilah, orang beragama beda pendapat, ribut, konflik dan
bertengkar, ingin menggunakan dan mempertahankan caranya masing-masing.
Repotnya, masing-masing merasa caranyalah yang paling benar. Karenanya, kalau
mau merasakan manisnya agama, jangan hanya tatacara, perkuatlah dengan hakikat.
Tujuan dan hakikat beragama, ibadah dan bertuhan itu apa? Jangan terlalu
memusingkan cara. Cara itu bisa 1001 macam.
Anda mau ke Jakarta atau kota lain. Bila kesadaran Anda di
wilayah hakikat, Anda hanya berfikir tujuan, gimana yang penting bisa sampai,
terserah caranya. Anda gak mau pusing dengan cara. Bila Anda di syariat, Anda
akan lebih banyak direpotkan memikirkan alat dan tatacara, inti tujuan
kadang-kadang terlupakan.
Anda akan repot memikirkan naik apa (motor, mobil pribadi,
rental, numpang ke teman, naik bis, kereta api atau pesawat), gimana caranya,
beli tiket dimana (pesen telpon, online atau datang langsung), datangnya
kemana, bayar berapa, berhenti dimana saja, disana naik apa lagi, terus kemana
dan sebagainya. Belum pakaian, sebaiknya pakai baju apa (kaos, kemeja, batik,
jas atau jaket kulit dll). Nanti disana makan apa dan dimana, mandi dimana dst.
Tujuan belum tercapai, pikiran sudah ribet banyak membayangkan yang tidak
perlu. Dipusingkan oleh proses dan tatacara.
Beragama teknis adalah beragama tatacara, beragama esensi
adalah hakikat. Pakailah tatacara tapi jangan sampai menguras pikiran dan
energi disitu, karena yang penting itu tujuan.
Wallahu a’lam.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment